Dari SWIFT ke Blockchain: Transformasi Finansial

Proses pembayaran antarnegara biasa, yang pada awalnya disebut sebagai inti utama perdagangan global, kini semakin menerima pengawasan ketat. Sekalipun telah dipakai selama sekian tahun, sistem ini terus dipenuhi oleh ketidakefisienan, pengeluaran tersembunyi, dan tantangan kepatuhan. Bagi perusahaan maupun individu, minimnya transparansi, biaya mahal, serta fragmentasi regulasi menimbulkan situasi yang menyulitkan.

Efek “Kotak Hitam” pada Transfer Tradisional Slot Deposit Pulsa

Salah satu dari masalah paling menetap dalam pembayaran internasional biasa adalah minimnya visibilitas dari ujung hingga selesai. Ketika Lembaga keuangan A mengirim modal ke Lembaga D via perantara (B dan C), institusi pengirim acap kali kehilangan pantauan dana ketika dana keluar dari jaringannya. Pembaruan tergantung semata pada pesan SWIFT, yang tidak menampilkan pelacakan lokasi uang secara waktu nyata.

Tidak adanya transparansi ini berakibat pada ketidakpastian dalam durasi transaksi, karena pembayaran bergantung pada jam operasional dan jadwal kliring dari setiap bank perantara. Transfer bisa memakan waktu sekitar beberapa waktu hingga puluhan hari. Fluktuasi seperti ini merusak perencanaan bisnis dan meningkatkan risiko keuangan yang tidak perlu.

Ketika pembayaran hilang, nasabah dipaksa memulai investigasi berharga besar — disebut “Lacak dan Tarik Kembali.” Langkah ini mungkin berjalan berbulan dan menambah beban tinggi, menambah ketidakpuasan nasabah.

SWIFT gpi: Langkah Sementara Menuju Transparansi

Sebagai tanggapan terhadap ketidakefisienan ini, SWIFT menghadirkan inisiatif Global Payments Innovation (gpi). Platform ini menambah visibilitas lewat “pelacak” yang memberikan kemampuan bagi lembaga keuangan untuk melihat status transfer secara real-time, termasuk potongan tarif dari pihak tengah dan konfirmasi penyelesaian.

Sekalipun gpi telah memperbaiki transparansi dan kelancaran, sistem ini masih tergantung pada adopsi sukarela dari lembaga anggota dan tetap saja beroperasi di dalam batasan jaringan tradisional.

DLT: Jawaban Terobosan

Teknologi Ledger Terdistribusi (DLT) secara dasar memperbaiki masalah visibilitas dan penyelesaian transaksi. Dalam jaringan DLT, semua pengguna berbagi buku besar tersinkronisasi yang berfungsi selain sebagai pelacak dan juga mesin penyelesaian.

Dengan penyelesaian atomik, transaksi berlangsung hampir instan — uang entah diterima atau tidak sama sekali keluar pengirim, meniadakan risiko “dana hilang.” Ditambah lagi, karena semua anggota berbagi buku besar yang sama, transparansi menjadi seratus% waktu nyata.

Margin FX Terselubung: Pengeluaran Tidak Tampak dalam Transfer

Masalah struktural berbeda dari sistem warisan mungkin menjadi margin FX tidak terlihat. Pelanggan hampir tidak pernah mendapatkan nilai pasar saat ini yang nyata saat mengirim pendapatan di seluruh batas negara. Sebagai solusi, lembaga keuangan menggunakan nilai tukar ritel yang dengan spread tersembunyi yang sebagai pendapatan tambahan.

Karena pengguna hanya melihat jumlah penuh diserahkan plus biaya transfer yang spesifik, mereka umumnya tidak mengetahui seberapa banyak mereka tanggung karena kurs Forex yang rendah. Sebagai contoh, margin tersembunyi 1,5% pada transfer $10.000 menghasilkan kerugian seratus lima puluh dolar—di atas biaya lain lainnya.

Platform fintech saat ini mendisrupsi produk ini dengan menyediakan harga pasar tengah dan memperlihatkan biaya layanan yang akurat. Pemisahan antara keduanya biaya transfer dan spread FX menyediakan transparansi total, memungkinkan konsumen melakukan keputusan yang tepat.

Fragmentasi Regulasi: Beban Tersembunyi Kepatuhan

Pembayaran lintas batas juga mengalami kesulitan fragmentasi regulasi. Tiap perantara bank wajib mengikuti aturan KYC (Kenali Klien) dan AML (Anti-Pencucian Dana) di yurisdiksi masing-masing, menyebabkan proses verifikasi ganda dan biaya lebih tinggi.

Oleh karena informasi sering dikirim dalam format tidak terstruktur, lembaga perbankan bisa meminta data tambahan melalui kontak manual, menunda penyelesaian lebih lanjut. Sementara, biaya kepatuhan yang meningkat dan ancaman sanksi menyebabkan beberapa bank besar “mengurangi risiko” dengan memutuskan hubungan dengan bank koresponden lebih kecil di negara berkembang—membatasi akses ekonomi dan mendorong lebih banyak transaksi ke saluran informal.

Menuju Masa Depan yang Terpadu dan Transparan

Industri keuangan global saat ini mencari jawaban melalui standardisasi informasi dan kerangka identitas digital. Adopsi ISO 20022 menjamin pesan yang lebih terorganisir dengan informasi kepatuhan yang dikonfirmasi. Begitu juga, ID digital berbasis blockchain memungkinkan berbagi data KYC pelanggan dengan terjamin, menjadikan kepatuhan bagian terintegrasi dari arsitektur pembayaran.

Dengan mengadopsi DLT, identitas digital, dan data standar, generasi baru sistem pembayaran akhirnya memberikan apa yang model konvensional gagal berikan: kecepatan.

Dalam jangka panjang, transformasi pembayaran global tidak hanya upgrade teknologi—melainkan pergeseran fundamental menuju keadilan dan efektivitas dalam ekosistem keuangan global.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *